Saturday, December 31, 2022

Muhasabah Sang Dokter

Sebelum kita membahas mengenai muhasabah profesi dokter, marilah kita merenungi sejenak mengenai pribadi kita sebagai seorang muslim. Setidaknya, ada 5 hal yang harus kita koreksi dan nilai diri kita dengan terus bermuhasabah :

(1). Muhasabah terhadap amal-amal yang wajib.

Melakukan kewajiban syariat lebih tinggi kedudukannya daripada meninggalkan keharaman, karena melaksanakan kewajiban adalah tujuan pokok. Oleh karena itu hendaknya hamba memulai muhasabah dengan memperhatikan amal-amal wajibnya. Jika dia melihat ada kekurangan maka dia segera memperbaikinya. Bisa dengan mengulanginya jika memang diperlukan atau menambah dengan amal-amal sunnah penyertanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “ Muhasabah jiwa yang pertama kali dilakukan adalah tentang amal kewajiban. Jika ada yang kurang dalam penunaiannya maka hendaknya dia mengulanginya atau memperbaikinya. “ 

(2). Muhasabah terhadap perkara keharaman yang dilarang syariat.

Apakah kita masih melakukannya ? Jika masih terjerumus riba, maka harus membersihkan dan meninggalkannya. Jika masih mengambil hak orang lain, segera kembalikan. Jika pernah menggunjing orang lain, merendahkan, atau menghinanya maka segera minta maaf dan mendoakan kebaikan untuknya. Jika berbuat kemaksiatan lain semisal minum khamar atau melihat aurat wanita maka wajib bertaubat dengan menyesalinya serta bertekad untuk tidak mengulanginya disertai dengan memperbanyak amal dengan harapan menghapus dosanya. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ

“ Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. ” (Huud :114)

(3). Muhasabah dari perbuatan yang melalaikan.

Hendaknya kita introspeksi diri, apakah masih sibuk dengan banyak hal melalaikan seperti berbagai tontonan dan permainan (meskipun itu bukan keharaman) ? Hendaknya kita banyak mengisi waktu kita dengan berzikir dan beribadah serta amal ketaatan lainnya.

(4). Muhasabah terhadap perbuatan anggota badan.

Apa yang kita lakukan dengan kedua kaki kita, tangan kita, telinga kita, mata kita, dan juga lisan kita ? Hendaknya kita memperbaikinya dengan menggunakan semua anggota badan kita dalam ketaatan kepada Allah dan meninggalkan berbagai kemaksiatan.

(5). Muhasabah terhadap niat.

Apa yang kita inginkan dengan amal kita ? Apa yang ada dalam niat kita ? Sudah seharusnya kita secara khusus muhasabah terhadap niat yang ada dalam hati, karena betapa berat dan susahnya muhasabah tentang niat ini. Hati ini sangat mudah berbolak-balik, sehingga perlu kesungguhan dan butuh diulang-ulang terus untuk memperbaikinya.

(Referensi : A’maalul Qulub karya Syaikh Shalih Al Munajjid hafidzahullah 383-384)

***** 

Adapun mengenai profesi dokter, hal-hal berikut selayaknya selalu kita tanyakan dalam diri kita dalam rangka muhasabah kaitannya terhadap profesi seorang dokter :

(1). Muhasabah perkara niat.

Sebuah pekerjaan, akan bisa bernilai di sisi Allah apabila disertai dengan niat yang benar. Hadirkan hal ini dalam setiap pekerjaan kita. Di antara niat yang benar dalam bekerja sebagai seorang dokter adalah niat untuk mencari harta yang halal sehingga terhindar dari perbuatan meminta-minta kepada orang lain, dan juga menjadi sarana baginya untuk menunaikan kewajiban memberi nafkah kepada orang-orang yang ditanggungnya, baik istri ataupun anaknya. Selain itu hadirkan nita pula untuk membantu sesama, menjadi wasilah kesembuhan bagi orang yang sakit. InsyaAllah dengan niat yang benar, bekerja akan bernilai pahala.  

(2). Muhasabah kinerja.

Hendaknya setiap dokter introspeksi terhadap pekerjaanya. Sudahkah semuanya dilakukan sesuai yang semestinya. Sudahkan kita melakukan hal yang seharusnya dilakukan, dan tidak melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Apakah semua keputusan klinis yang kita lakukan benar-benar memberikan manfaat yang terbaik untuk pasien kita ? Sudahkah kita menunaikan amanah sebagaima tertuang dalam kode etik kedokteran Indonesia, yaitu melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi ? Sudahkan kita jujur dan adil terhadap pasien-pasien kita ? Ingatlah bahwa setiap kinerja kita akan dipertanggungjawabkan.

(3). Muhasabah kewajiban.

Adakah kewajiban-kewajiban yang masih tidak kita tunaikan ? Kewajiban kepada pasien, kewajiban kepada institusi tempat bekerja, kewajiban terhadap sejawat lain, dan seterusnya. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya menuntut hak, tapi lalai dan enggan menunaikan kewajiban.  

(4). Muhasabah etika dan adab

Profesi dokter adalah melayani, oleh karena itu diperlukan adab dan etika dalam berinteraksi. Hal ini sering luput, karena terkadang sebagian dokter merasa superior dan merasa berhak berbuat semaunya. Padahal, etika dan adab dalam berinteraksi kepada manusia harus diterapkan kepada siapa saja, baik pasien, keluarga pasien, perawat, teman sejawat, dan juga profesi lainnya. 

(5). Muhasabah keilmuan

Salah satu kewajiban dokter adalah   untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan (Pasal 21 Kode Etik Kedokteran Indonesia). Sudahkah kita selalu meng-upgrade ilmu kita ? Sudahkah kita memberikan pelayanan kepada pasien berbasis keilmuan yang terbaik dan terkini ? Ada tanggungjawab ilmiah dan amanah yang harus senantiasa kita pertanggungjawabkan.

Inilah setidaknya muhasabah yang perlu kita renungkan, introspeksi yang harus kita lakukan. Tidak hanya setahun sekali, muhasabah adalah amal harian yang harus kita lakukan setiap hari, untuk terus berupaya memperbaiki diri. Mari jadikan profesi ini menjadi baik dan mulia, dimulai dari diri kita sendiri masing-masing. 

Demikian, semoga bermanfaat khususnya bagi para teman sejawat.


Jogja istimewa, akhir Desember 2022


Thursday, June 23, 2022

Tanya Jawab Aneurisma Otak

 


Q : Apa yang dimaksud aneurisma otak ?

A : Aneurisma otak adalah dilatasi lokal abnormal pembuluh darah otak yang disebabkan karena kelemahan pada lapisan didnding pembuluh darah yang membesar dan menggelembung yang dapat mengalami ruptur (pecah) sewaktu-waktu

***

Q : Seberapa sering kejadian aneurisma otak ?

A : Insidensi secara keseluruhan pada populasi orang dewasa tanpa faktor risiko yang spesifik adalah sekitar 2,3 %.

***

Q : Apa saja faktor risiko terjadinya aneurisma otak ?

A : Faktor risiko untuk terjadinya aneurisma otak adalah jenis kelamin wanita, usia tua, merokok, hipertensi, penyakit polikistik ginjal autosominal dominan, penggunaan alkohol, riwayat keluarga, dan riwayat pernah mengalami perdarahan subarakhnoid (PSA).

***

Q : Bagaiaman gejala aneurisma otak ?

A : Pada umumnya aneurisma otak tidak menimbulkann gejala keculai apabila mengalami pecah dan biasanya ditemukan saat terjadi perdarahan subarakhnoid. Beberapa aneurisma yang tidak pecah juga dapat menimbulkan gejala seperti : nyeri kepala, gangguan penglihatan, ataupun nyeri wajah..

***

Q : Apa yang terjadi jika aneurisma otak mengalami pecah ?

A ; Aneurisma otak yang mengalami ruptur dapat menimbulkan kondisi kritis pada individu dan memerlukan penanganan khusus. Aneurisma yang ruptur menjadi penyebab terjadinya perdarahan sub arakhnoid (PSA) dengan gejala yang umumnya terjadi meliputi nyeri kepala hebat, kelumpuhan saraf kranialis, muntah, kejang, kaku kuduk, penurunan kesadaran, dan dapat memburuk sampai menyebabkan kematian.

***

Q : Kapan perlu dilakukan skrining pemeriksaan aneurisma otak ?

A : Skrining disarankan untuk kondisi berikut :

(1). Pasien yang memiliki lebih dari 2 anggota keluarga dengan aneurisma otak atau perdarahan sub arakhnoid.

(2). Pasien dengan riwayat pemyakit ginjal polikistik autosomal dominan.

(3). Pasien dengan koarktasio aorta dan primodial dwarfisme osteeodisplastik microchepalus

Ketiga kondisi di atas hendakanya pelu dilakukan skrining dengan pemeriksaan CTA atau MRA.

***

Q : Bagaimana cara mendiagnosis aneurisma otak ?

A : Untuk menegakkan diagnosis aneurisma otak dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

(1). CT scan kepala disertai CTA

(2). MRI kepala disertai MRA

(3). Digital substraction angiography (DSA) serebral

Dari ketiga jenis pemeriksaan di atas, DSA serebral adalah  merupakan alat diagnosis standar baku emas untuk mendeteksi adanya suatu aneurisma otak.

***

Q : Bagaimana terapi aneurisma otak ?

A : Ada dua pilihan modalitas terapi yang  bisa digunakan :

(1). Terapi endovaskuler (coilling atau tindakan neurointervensi lainnya)

(2). Pembedahan (clipping atau tindakan bedah lainnya)

Pemilihan terapi yang digunakan sesuai dengan indikasinya masing-masing.

***

 

Referensi :

Harrigan, M. R., & Deveikis, J. P. (2009). Handbook of cerebrovascular disease and neurointerventional technique. Humana Press Incorporated.

Konsensus Nasional Neurointervensi. Kelompok Studi Neurointervensi Indonesia, 2020.

Saturday, June 18, 2022

Mengenal DSA


* Digital Substraction Angiography (DSA) serebral dan spinal adalah suatu prosedur diagnostik minimal invasif yang menggunakan kateter, guide wire, dan kontras dengan pencitraan oleh mesin angiografi yang  bertujuan untuk mengidentifikasi anatomi, hemodinamika, dan kelainan pembuluh darah otak atau spinal.

* Kelainan pada pembuluh darah serebral dan spinal dapat menyebabkan presentasi klinis yang signifikan, sehingga gambaran imaging angiografi sangat membantu dalam memberi gambaran kelainan pembuluh darah, kegawatan di pembuluh darah, dan massa pada pembuluh darah.

* Meskipun teknologi neuroimaging telah berkembang pesat, DSA serebral dan spinal merupakan pemeriksaan standar baku emas (gold standar) karena hasil pemeriksaan ini memberikan informasi yang akurat tentang vaskularisasi serebral dan spinal.

Gambar 1 : Contoh hasil pemeriksaan DSA berupa gambaran angiografi otak pada pembuluh darah otak bagian sirkulasi anterior


* Yang dimaksud dengan substraction pada DSA adalah gambaran tulang akan dihilangkan sehingga pembuluh darah dapat terlihat lebih jelas.

* Komplikasi yang potensial terjadi akibat prosedur ini masih jauh di bawah batas yang direkomendasikan oleh quality improvement and safe practice guidelines. Dengan demikian, tindakan ini tergolong aman apabila dilakukan oleh operator yang kompeten.  

* Tindakan DSA ini bisa dilakukan oleh dokter spesialis saraf/neurologi yang telah memiliki kompetensi untuk melakukan tindakan neurointervensi (subspesialis neurointervensi).


 

Gambar 2 : Proses tindakan DSA dilakukan di ruang cathlab oleh dokter subspesialis neurointervensi

*****


Referensi : Konsensus Nasional Neurointervensi oleh Pokdi Neurointervensi Perdossi

Tuesday, May 24, 2022

Not All Stroke Are Similar

 Ya, tidak semua kasus stroke itu sama. Sehingga, tidak selalu sama pula penanganannya. Masing-masing kasus stroke akan mendapat  tatalaksana tersendiri spesifik sesuai kondisinya. Banyak variabel yang menjadi penentu tatalaksana pada setiap kasus stroke.

    * Beda jenis tipe dan subtipenya, beda penanganannya.

    * Beda hasil CT scannya, beda pula keputusan klinisnya.

    * Beda etiologi penyebabnya, beda pula terapinya

    * Beda onset kejadian waktunya , beda pula pilihan obatnya.

    * Beda kondisi klinis, beda pula manajemennya.

Ilustasi gambar di bawah ini menjelaskan, betapa setiap modalitas dalam pengobatan akan diberikan sesuai dengan kondisi stroke yang berbeda dengan faktor variasi yang beragam.


 


Jadi, masing-masing kondisi akan mendapat terapi sesuai dengan kasusnya. Banyak pilihan modalitas yang bisa digunakan : terapi farmaklogi dengan berbagai jenisnya, pembedahan dengan berbagai macam tindakannya, tindakan neurointervensi dengan berbagai prosedurnya, manajemen faktor risiko sesuai penyakitnya, rehabilitasi dengan berbagai modalitasnya, dan juga suportif terapi sesuai dengan keadaannya.

Demikanlah ilmu kedokteran. Medicine is art. Mengobati adalah seni, di mana setiap individu akan mendapat sentuhan tesendiri secara spesifik dan  perlakuan berbeda dengan individu yang lain. Setiap individu adalah spesial, tidaklah sama satu dengan yang lainnya. Dan ini berlaku untuk seluruh jenis penyakit dalam penanganan di bidang kedokteran. Adanya panduan dan guideline adalah tools yang mempermudah dan membantu  untuk menentukan keputusan klinis, akan tetapi tetap dibutuhkan seni mengobati sesuai indikasi dan kondisi pada setiap individu pasien,

Jadi salah besar, jika ada satu pengobatan ampuh yang bisa berlaku untuk semua kasus stroke.  Mari bersikap adil, letakkan sesuatu sesuai tempatnya. Masing-masing individu yang mengalami stroke berbeda sesuai dengan kondisinya. Namun sayangnya, sebagian orang serampangan. Mengklaim bisa mengobati setiap kasus stroke dengan satu model pengobatan. Apapun kasus strokenya, akan sembuh dengan satu macam ramuan, atau dengan satu jenis tusukan, atau dengan sedotan lintah beberapa hisapan, atau bahkan cukup dengan jingkrak-jingkrak beberapa gerakan. Inilah bukti minim ilmu, atau bahkan tidak punya ilmu. Menyamakan setiap hal yang sejatinya masing-masing memiliki perbedaan. Perbuatan serampangan seperti ini jelas akan merugikan dan membahayakan pasien.

Bagi setiap pasien dan keluarga,  hendakanya jeli dan tepat dalam mengambil langkah pengobatan. Mari kembalikan sesuatu kepada ahlinya, jangan hanya coba cara instan dalam ikhtiar pengobatan namun justru membahayakan. Jika ditemukan ada gejala stroke, hanya satu soulsinya : sesegara mungkin dibawa ke IGD rumah sakit terdekat. Dokter spesialis saraf dan tim medis setempat akan membantu untuk memberikan tatalaksana yang tepat.

Cintaku Pada Nevi

Namanya adalah Nevi Kedengarannya cantik sekali Pertama kali kenal dalam sebuah presentasi Materi tentang cerebal angiografi Yang di...