Stroke adalah salah satu penyakit yang outcome-nya sangat bervariasi, berbeda satu kasus dengan kasus yang lain. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Bahkan kondisi yang awalnya “baik-baik saja” pun bisa memburuk selama perawatan dan akhirnya meninggal. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang datang ke IGD kondisinya “jelek”, tapi bisa pulang dari rumah sakit dengan kondisi yang normal tanpa defisit neurologis.
Kondisi pertama adalah seperti yang dialami pasien saya. Datang ke IGD dengan keluhan wajah perot dan bicara pelo. Diperiksa tekanan darah di IGD cukup tinggi, 190/100. Pasien dirawat dengan diagnosis klinis stroke. Dilakukan pemeriksaan CT scan kepala, tidak didapatkan gambaran perdarahan dan tidak tampak jelas gambaran infark saat itu. Pasien mondok dengan diagnosis stroke non peradarahan.
Waktu visite hari berikutnya, kondisi pasien masih sadar namun keluhan pelo dan perot masih dirasakan. Hasil pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal. Tiba-tiba saja di sore harinya saya dikabari pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran dan beberapa saat kemudian meninggal.
Kondisi berbeda dialami pasien saya yang lain. Pasien datang diantar keluarga dalam kondisi tidak sadarkan diri, setelah sebelumnya muntah dan kejang-kejang. Hasil CT scan kepala menunjukkan adanya perdarahan. Tidak ada indikasi untuk dilakukan operasi sehingga pasien hanya diberi terapi obat-obatan. Tampak gambaran perdarahan berada area batang otak. ICH brain stem, alamat prognosis buruk. Pasien dirawat dan observasi di ICU. Begitu ketemu keluarga saya sudah edukasi maksimal untuk kemungkinan prognosis yang paling buruk yaitu kematian. Stroke perdarahan memang lebih cenderung menyebabkan kematian dibanding stroke non perdarahan, apalagi lokasinya di batang otak.
Hari pertama saya visite di ICU pasien masih belum sadar total. Hari kedua dan ketiga kesadaran pasien berangsur mulai mulai membaik. Akhirnya pasien sadar total namun ada keluhan kelemehan di anggota gerak sebelah kiri. Segera kami konsultasikan ke bagian rehabilitasi medik agar dilakukan fisioterapi. Setelah beberapa hari pasien dirawat di ICU, kondisi pasien mulai stabil dan bisa dirawat di bangsal.
Kondisi pasien terus semakin membaik, bahkan kelemahan anggora gerak sebelah kiri semakin membaik dan akhirnya kekuatannya bisa membaik seperti semula. Pasien pulang dari rumah sakit dengan normal tanpa gejala kecacatan yang berarti.
Demikilah gambaran kasus stroke, seringkali unpredictable. Pasien yang kita prediksi akan baik-baik saja kondisinya bisa memburuk tiba-tiba. Sebaliknya pasien yang kita prediksi akan mengalami kondisi kematian justru malah bisa membaik dan sehat kembali seperti sedai kala.
Menjadi penting dan pengingat bagi kita bahwa kasus stroke tetaplah stroke, seberapapun ringan kondisi defisit neurologisnya. Tidak boleh diremehkan meskipun gejalanya ringan dan gambaran CT-scan yang tidak menunjukkan kelainan berarti. Stroke adalah kelainan di pembuluh darah otak yang sangat berpotensi berbahaya. Perubahan kondisi di pembuluh darah otak selama perawatan di fase-fase awal sangat bisa mengalami perubahan. Bisa terjadi perluasan kerusakan otak karena adanya sumbatan atau perdarahan baru yang terjadi di pembuluh darah otak. Belum lagi komplikasi yang menyertai yang sangat mungkin terjadi.
Memang demikianlah stroke, ada keunikan dalam setiap kasusnya. Bukan berarti outcome pasien tidak diprediksi, namun kita harus waspada karena bisa jadi setiap kasus stroke adalah unpredictable stroke.

No comments:
Post a Comment