Monday, July 20, 2020

Cintaku Tidak Lumpuh Karena Stroke

Katanya, pasien adalah guru terbaik bagi seorang dokter. Bagi saya, ini tidak hanya dalam ilmu kedokteran saja, tapi juga dalam pelajaran kehidupan. Berinteraksi dengan mereka banyak menambah pengalaman. Kali ini adalah faidah dan pelajaran dari pasien saya sepasang suami istri yang sudah lansia.

Salah satu kisah yang saya ambil hikmahnya adalah dari pasien Ny. Mawar. Usianya sudah 67 tahun. Pasien mengalami reccurent stroke, sudah berulang sebanya tiga kali. Stroke pertama terjadi lima tahun yang lalu. Serangan kedua terjadi lebih kurang dua tahun yang lalu. Yang paling akhir terjadi lebih kurang lima bula yang lalu.

Saat ini pasien mengalami kelemahan anggota gerak sisi kanan dan afasia global (gangguan komunikasi total sehingga pasien tidak bisa memahami pembicaraan maupun meresponnya), sehingga pasien tidak bisa berkomunikasi sama sekali. Segala kebutuhanya tergantung dengan bantuan orang lain. Suaminya, dialah yang setia melayaninya. Memandikanya, mendulang makanannya, dan mengurus semua kebutuhannya.

Seperti biasa kali ini Ny Mawar kontrol ke poli. Suaminya sendiri yang mendorong kursi rodanya masuk ruang periksa. Sering saya lihat di ruang tunggu, sang suami pula yang membantu memberinya makan dan minum.

Pasien hanya berdua tinggal dengan suaminya. Anak-anaknya tinggal di kota yang berbeda. Sesekali saja mereka mengunjungi kedua orangtuanya di saat mereka libur kerja. Otomatis semua kebutuhan pasien, suamilah yang mengurusnya. Mulai dari makan, minum obat, mandi, sampai mengantarnya kontrol rutin ke dokter.

Dari sini secara tersirat saya bisa melihat bukti cinta sang suami kepada istrinya. Seolah beliau berkata, “ Badanmu boleh saja lumpuh karena stroke, tetapi cintaku padamu tidak akan pernah lumpuh. “

Hari itu pasien keluar dari poli. Suami yang menggandeng erat tangan istrinya ketika menuntunnya berjalan menuju kursi rodanya. Pandangan yang romantis, pasangan yang tetap langgeng sampai usia senja. Dari sini saya belajar pentingnya kesetiaan.

***


Pasien stroke, dalam beberapa kondisi memang membutuhkan dukungan penuh dari keluarganya, orang terdekatnya. Pasangan, orang tua, atau anaknya. Kepada keluarga pasien yang setia merawat keluarganya, saya pribadi salut kepada mereka. Di sinilah peran penting keluarga dalam mendukung kesembuhan pasien stroke.

Semoga, siapa saja yang merawat keluarganya yang sedang stroke senantiasa diberi kesabaran dalam melakukannya. Peran mereka sangat besar, bahkan bisa jadi lebih besar daripada sang dokter yang merawatnya.



Saturday, July 18, 2020

Bersyukur dengan Stroke

Mr. X adalah pasien paska serangan stroke dengan gejala saat ini berupa kelemahan anggota gerak sisi kiri sehingga dia perlu berjalan dengan bantuan tongkat. Tangan kirinya juga belum bisa bergerak maksimal.
Saya kasih penjelasan untuk pasien ini, “ Alhamdulillah yang lumpuh hanya tangan dan kaki. Untuk fungsi bicara, menelan, dan fungsi kognitif masih bagus. Banyak bersyukur ya Pak, banyak pasien stroke yang kondisinya lebih parah dari Bapak. “

***

Ny. Y merupakan pasien stroke dengan fungsi motorik tangan dan kaki relatif bagus dan membaik, namun masih ada kelemahan otot wajah sehingga wajahnya perot serta bicaranya pelo dan tidak jelas.
Untuk beliau saya kasih advice, “ Alhamdulillah yang tersisa tinggal kelemahan otot wajah yang belum membaik sempurna. Disyukuri ya Bu, panjenengan masih bisa aktifitas menggunakan tangan dan kaki dengan normal. Beberapa pasien stroke ada yang tidak bisa berjalan lagi. “

***

Pasien kali ini kondisinya cukup complicated. Saat itu dia masih terbaring di bed rawat inap. Akibat strokenya beliau mengalami kelemahan anggota gerak sisi kanan, disfagia (gangguan menelan), dan afasia (gangguan berbahasa sehingga pasien tidak bisa berkomunikasi). Pasien tergeletak lemah dan terpasang selang NGT (selang makan).
Kepada anak pasien saya beri edukasi, “ Kondisi Bapak Anda sudah stabil. Namun ada masalah di beberapa fungsi vitalnya yaitu fungsi menelan, bicara/komunikasi, dan bergerak. Jadi segala aktifitasnya harus dibantu. Saya harap para anak dan keluarganya bisa merawat pasien ini dengan baik di rumah. Disyukuri ya, kalian para anaknya diberi kesempatan emas untuk merawat bapak dan semoga bisa menjadi ladang pahala yang besar. Jangan sia-siakan kesempatan ini. “
Stroke, seringkali meninggalkan gejala sisa berupa kecacatan dan disabilitas yang menetap. Mulai dari cacat ringan sampai yang berat. Apapun kondisi yang dialami pasien, saya akan upayakan untuk tetap menasehatkan tentang syukur kepada mereka. Alhamdulillah. Segala puji hanyalah milik Allah.


Cintaku Pada Nevi

Namanya adalah Nevi Kedengarannya cantik sekali Pertama kali kenal dalam sebuah presentasi Materi tentang cerebal angiografi Yang di...