Katanya, pasien adalah guru terbaik bagi seorang dokter. Bagi saya, ini tidak hanya dalam ilmu kedokteran saja, tapi juga dalam pelajaran kehidupan. Berinteraksi dengan mereka banyak menambah pengalaman. Kali ini adalah faidah dan pelajaran dari pasien saya sepasang suami istri yang sudah lansia.
Salah satu kisah yang saya ambil hikmahnya adalah dari pasien Ny. Mawar. Usianya sudah 67 tahun. Pasien mengalami reccurent stroke, sudah berulang sebanya tiga kali. Stroke pertama terjadi lima tahun yang lalu. Serangan kedua terjadi lebih kurang dua tahun yang lalu. Yang paling akhir terjadi lebih kurang lima bula yang lalu.
Saat ini pasien mengalami kelemahan anggota gerak sisi kanan dan afasia global (gangguan komunikasi total sehingga pasien tidak bisa memahami pembicaraan maupun meresponnya), sehingga pasien tidak bisa berkomunikasi sama sekali. Segala kebutuhanya tergantung dengan bantuan orang lain. Suaminya, dialah yang setia melayaninya. Memandikanya, mendulang makanannya, dan mengurus semua kebutuhannya.
Seperti biasa kali ini Ny Mawar kontrol ke poli. Suaminya sendiri yang mendorong kursi rodanya masuk ruang periksa. Sering saya lihat di ruang tunggu, sang suami pula yang membantu memberinya makan dan minum.
Pasien hanya berdua tinggal dengan suaminya. Anak-anaknya tinggal di kota yang berbeda. Sesekali saja mereka mengunjungi kedua orangtuanya di saat mereka libur kerja. Otomatis semua kebutuhan pasien, suamilah yang mengurusnya. Mulai dari makan, minum obat, mandi, sampai mengantarnya kontrol rutin ke dokter.
Dari sini secara tersirat saya bisa melihat bukti cinta sang suami kepada istrinya. Seolah beliau berkata, “ Badanmu boleh saja lumpuh karena stroke, tetapi cintaku padamu tidak akan pernah lumpuh. “
Hari itu pasien keluar dari poli. Suami yang menggandeng erat tangan istrinya ketika menuntunnya berjalan menuju kursi rodanya. Pandangan yang romantis, pasangan yang tetap langgeng sampai usia senja. Dari sini saya belajar pentingnya kesetiaan.
***
Pasien stroke, dalam beberapa kondisi memang membutuhkan dukungan penuh dari keluarganya, orang terdekatnya. Pasangan, orang tua, atau anaknya. Kepada keluarga pasien yang setia merawat keluarganya, saya pribadi salut kepada mereka. Di sinilah peran penting keluarga dalam mendukung kesembuhan pasien stroke.
Semoga, siapa saja yang merawat keluarganya yang sedang stroke senantiasa diberi kesabaran dalam melakukannya. Peran mereka sangat besar, bahkan bisa jadi lebih besar daripada sang dokter yang merawatnya.

